Rezeki Itu Luas

Rezeki Itu Luas

  • Percaya atau tidak, pengaruh persepsi dalam kehidupan kita sangat besar. Contohnya persepsi kita soal rezeki, coba bayangkan, ketika kita menganggap rezeki itu adalah kepemilikan, maka apa yang bukan milik kita, kita anggap bukan rezeki kita. Padahal, boleh jadi kita bisa mendapatkan manfaatnya dari pemiliknya, tanpa harus memiliki.
  • Karena rezeki itu tidak identik dengan milik kita, tetapi apa saja yang diberikan kepada kita, dan bisa kita manfaatkan. Maka, rezeki itu luas cakupannya, bisa fisik dan non fisik. Bisa tampak dan tidak,  Kesalahan kita, karena menganggap rezeki kita hanya yang tampak dan dalam kekuasaan kita. Akibatnya, ketika yang tampak dan dalam genggaman kita berkurang, habis bahkan hilang, kita gelisah, khawatir bahkan stress.
  • Maka, diberi harta, rumah, kendaraan, suami, isteri, anak, adalah rezeki, tetapi tidak diberi semuanya itu juga rezeki. Karena “tidak diberi harta, rumah, kendaraan, suami, isteri dan anak” itu juga pemberian. Itu artinya rezeki. Karena itu rezeki kita tidak bisa kita hitung dengan hitungan angka. Kalau rezeki kita matematika-kan, maka inilah yang menyebabkan kita gelisah, khawatir dan stress.
  • Bagaimana caranya supaya tidak stress, persepsinya harus diubah. Rezeki itu pemberian Tuhan, bisa fisik dan non fisik. Bisa dihitung dan tidak. Yang pasti, harus yakin, rezeki itu di tangan-Nya, tidak terbatas, dan selalu ada untuk kita, selama kita masih hidup.
  • Karena Dia jamin rezeki setiap makhluk hidup. Kita pun tak akan mati, sebelum rezeki kita sempurna. Kerja atau ikhtiar hanya mengusahakan kondisi (hal), bukan sebab. Kadang dari sana rezeki datang, kadang tidak. Rezeki tidak ditentukan akal, pendidikan dan kedudukan. Kalau tidak, burung dan hewan akan mati kelaparan. Maka, Tuhan Yang Maha Mengurus kita semua dan mereka, melebihi ibu kita pada anak-anaknya.